Idul Adha Masyarakat Kudus tidak Memotong Sapi untuk Hewan Kurban, Benarkah Tradisi Merawat Toleransi?

17 Juni 2024, 20:19 WIB
Seorang jagal tengah melepas ikatan kerbau sebelum dipotong sebagai hewan kurban di salah satu masjid di Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (17/6/2024). /antaranews.com/

HaiBandung - Masyarakat Kudus, Jawa Tengah dikenal memiliki tradisi merawat toleransi antarumat beragama dalam perayaan Idul Adha dengan tidak memotong sapi untuk hewan kurban.

Tradisi tidak memotong sapi sebagai hewan kurban dari masyarakat Kudus sebagai upaya untuk merawat toleransi antarumat beragama karena sapi dianggap suci oleh pemeluk Hindu.

Tradisi masyarakat Kudus tidak memotong sapi sebagai hewan kurban itu ajaran merawat toleransi antarumat beragama yang diajarkan Sunan Kudus (Jaffar Shadiq) ketika menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kudus, yang kala itu banyak pemeluk Hindu.

Ia mengajak umat Islam, dalam memperingati Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban, tidak menyembelih sapi, tetapi diganti dengan kerbau, domba, atau kambing.

Baca Juga: Untuk Menjaga Kesehatan Jantung Usai Idul Adha, Ini 5 Penurun Kolesterol

Dari jumlah penduduk di Kudus saat ini yang mencapai 874.632 jiwa, 92 persen lebih beragama Islam, sedangkan selebihnya memeluk agama Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan lainnya.

Belakangan ini memang ada pergeseran pilihan hewan kurban karena ada yang menyembelih sapi pada Hari Raya Idul Adha dengan berbagai pertimbangan.

Misalnya, selain harga kerbau lebih mahal, hewan sapi juga lebih mudah diperoleh di pasaran. Bahkan, populasi ternak di Kudus ini didominasi ternak sapi, bukan kerbau.

Populasi ternak sapi

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Arin Nikmah menjelaskan sejak beberapa tahun terakhir, populasi ternak sapi memang berkembang dan mendominasi dibandingkan kerbau.

Baca Juga: 3 Cara Memasak Daging Idul Adha agar Terhindar dari Kolesterol Tinggi

Oleh karena itu, untuk mendapatkan kerbau, pedagang di Kudus harus "mengimpor" dari sentra-sentra kerbau di luar daerah.

Kerbau merupakan hewan semi-akuatik, senang hidup di daerah basah, berlumpur, atau berawa sehingga warga yang hendak beternak hewan bertubuh gempal ini harus mempertimbangkan hal tersebut.

Dengan bulu yang jarang dan kelenjar keringat yang sangat kurang dibandingkan sapi, kondisi ini mengharuskan kerbau mandi atau dibasahi tubuhnya, minimal dua kali dalam sehari atau berkubang dan berselimut lumpur.

Sementara di Kabupaten Kudus, lahan juga semakin berkurang menyusul bertambahnya penduduk sehingga banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi permukiman.

Baca Juga: Agar Tak Kolesterol, Simak 4 Tips Aman Konsumsi Daging Kurban

Secara alami, jumlah ternak kerbau di Kudus juga kian berkurang karena tantangan dalam memelihara hewan ternak tersebut jauh lebih besar dibandingkan sapi.

Meskipun demikian, Dinas Pertanian dan Pangan Kudus memprediksi jumlah ternak yang dijadikan hewan kurban pada tahun 2024 masih tetap didominasi kerbau. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2.242 ekor, sedangkan sapi hanya 420 ekor, kambing sebanyak 7.672 ekor, dan domba sebanyak 106 ekor.

Jumlah hewan ternak yang dijadikan hewan kurban tersebut diperkirakan mengalami kenaikan berkisar 5-10 persen dari tahun sebelumnya, dengan total pemotongan tahun 2023 sebesar 9.497 ekor menjadi 10.440 ekor.

Keyakinan fanatik

Suprayitno, budayawan Kudus, menganggap minimnya populasi ternak kerbau di kabupaten ini tidak akan menyurutkan warga setempat untuk menyembelih kerbau saat Idul Adha karena mereka memilik keyakinan fanatik untuk melestarikan ajaran Sunan Kudus.

Baca Juga: Pebalap Aldi Satya Mahendra Juara WSSP300 di Sirkuit Misano Italia, Start dari Posisi ke-10

Oleh karena itu, walaupun populasi kerbau di Kabupaten Kudus tidak banyak, masih banyak  pekurban tetap melaksanakan ajaran Sunan Kudus untuk menghormati umat Hindu dengan tidak menyembelih sapi saat Idul Adha.

Warga dari luar daerah yang menetap di Kudus, karena lingkungannya juga fanatik mengamalkan ajaran Sunan Kudus, akhirnya ikut menghormati kearifan lokal dengan menyembelih kerbau sebagai bentuk toleransi antarumat beragama.

Meskipun era modern seperti sekarang banyak terjadi perpindahan penduduk, tidak mengubah sikap mayoritas Muslim untuk tetap menghormati umat Hindu.

Memang, sejumlah kalangan yang tidak fanatik, kini mulai beralih memilih sapi dalam berkurban.

Baca Juga: Rifda Irfanaluthfi Berambisi Cetak Sejarah di Olimpiade Paris 2024, Pesenam Putri Pertama dari Indonesia

Masyarakat Kudus sendiri cukup akrab dengan daging kerbau karena awalnya hewan ini dijadikan penarik gerobak, alat transportasi tradisional yang sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit.

Selain itu, kerbau digunakan pula untuk membajak sawah para petani sebelum akhirnya digantikan traktor seiring dengan perkembangan zaman yang serba-modern.

Kuliner khas Kudus juga menggunakan bahan baku daging kerbau, di antaranya satai, pindang, dan soto kerbau sehingga masyarakat juga terbiasa mengonsumsi daging kerbau.

Kerbau juga menjadi prestise bagi kalangan ekonomi menengah ke atas sehingga setiap ada hajat penting, mereka lebih memilih menyembelih kerbau untuk jamuan makan ketimbang hewan ternak lainnya.

Baca Juga: Mulai 2024 Kemenag Sediakan Sistem Informasi Manajemen BOS Pesantren

Harga daging kerbau memang lebih mahal dibandingkan daging sapi. Harga daging kerbau rata-rata di atas Rp150.000/kg, sedangkan daging sapi di bawahnya.

Hal demikian akhirnya menciptakan pangsa pasar tersendiri karena kebutuhan masyarakat tidak hanya saat Idul Adha, tetapi juga diperlukan dalam konsumsi sehari-hari.

Ajakan menyembelih kerbau sebagai sebuah kearifan lokal itu, kini berubah menjadi kultur masyarakat di Kabupaten Kudus dan menjadi bagian dari peradaban masyarakatnya.

Tradisi toleran masyarakat Kudus tersebut tidak akan punah, meskipun masih banyak pihak yang ingin menemukan bukti fisik adanya ajakan Sunan Kudus untuk menghormati umat Hindu dengan tidak menyembelih sapi tersebut.

Baca Juga: Bukan Jadi Gubernur, Pendukung Malah Dorong Ridwan Kamil Jadi Mendikbudristek, Minta Sistem Zonasi Dihilangkan

Hanya terima kerbau

Salah satu masjid yang masih setia memegang ajaran Sunan Kudus, yakni Masjid Al Aqsha Menara saat Idul Adha hanya menerima penitipan kerbau, kambing, dan domba.

Juru bicara Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Deny Nur Hakim membenarkan bahwa selama ini masyarakat juga paham bahwa Masjid Menara Kudus hanya menerima kerbau, kambing, dan domba.

Pasalnya, sudah menjadi tradisi selama ini tidak ada warga yang menyerahkan sapi sebagai hewan kurban di masjid ini.

Ajaran Sunan Kudus ini diyakini tidak akan punah karena masih banyak pihak yang menyebarluaskan informasi mengenai ajaran Sunan Kudus tersebut kepada generasi muda,  baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di bangku sekolah.

Baca Juga: Mulai 2024 Kemenag Sediakan Sistem Informasi Manajemen BOS Pesantren

Pelaksanaan kurban di Masjid Al Aqsha Menara Kudus dijadwalkan pada hari Rabu tanggal 12 Dzulhijjah 1445 Hijriah bertepatan dengan 19 Juni 2024.

Adapun jumlah hewan kurban tercatat 14 kerbau, namun bisa bertambah karena masih ada waktu bagi masyarakat menyerahkan hewan kurban.

Pada tahun lalu jumlah kerbau yang dijadikan kurban 18 ekor, sedangkan kambing 30 ekor.

Tradisi Masjid Al Aqsha Menara Kudus tetap menyembelih kerbau pada setiap Idul Adha yang terjaga hingga hari ini memberi pesan tentang pentingnya merawat toleransi.***

Editor: Dudih Yudiswara

Sumber: antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler