60 Persen Sampah Kota Bandung Berasal dari Rumah, Ini 7 Cara Mengolahnya

- 14 Mei 2023, 17:55 WIB
Cara mengolah sampah organik di rumah bagi masyarakat Kota Bandung.
Cara mengolah sampah organik di rumah bagi masyarakat Kota Bandung. /bandung.go.id/

HaiBandung - Masyarakat Kota Bandung sudah seharusnya mampu memilah atau mengolah sampah dari rumah.

Pasalnya, dari total sampah di Kota Bandung, 60 persen didominasi oleh sampah organik yang berasal dari rumah.

 

Salah satu cara pengolahan sampah dari rumah yang dikampanyekan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung (DLH Kota Bandung) adalah kompos rumahan.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi banyak metode untuk membuat kompos rumahan.

Baca Juga: Kini Berlabuh ke Gerindra, Terungkap Momen Dedi Mulyadi Bela Ridwan Kamil dan Partai Golkar

Menurutnya, mengolah sampah organik menjadi kompos bukan hanya dapat mengurangi sebagian besar sampah tapi juga dapat bernilai ekonomis.

"Mengolah sampah organik menjadi kompos bisa menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung," katanya, Minggu 14 Mei 2023.

Berikut beberapa metode kompos rumahan yang dikenalkan DLH Kota Bandung:

1. Biopori

Biopori adalah metode kompos yang letaknya di dalam tanah. Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil (pori-pori) dan dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.

Baca Juga: Wajib Tahu, Pemkot Bandung Sediakan 10 Titik Penyimpanan Limbah B3 Rumah Tangga

2. Komposter Karung

Komposter ini cocok untuk yang memiliki banyak sampah organik. Ukurannya berkisar mulai dari 60-200 liter. Jenis sampah yang dimasukkan lebih baik dari hasil kebun seperti daun, ranting, dan sebagainya.

3. Komposter Drum

Paling populer dan cocok digunkan di lahan terbatas ataupun dalam ruangan. Komposter ini menggunakan drum plastik (metal) yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob).

4. Komposter Pot atau Gerabah

Gerabah memiliki sifat yang menghasilkan oksigen sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dibanding memakai plastik. Saat kompos pada gerabah sudah penuh bisa langsung dipanen.

Baca Juga: Tidak Perlu Kaya Harta kalau Tidak Berkah, Ini yang Penting Kata Aa Gym

5. Lodong Sesa Dapur (Loeseda)

Mirip seperti model biopori, metode loseda ini dibuat dengan pipa berlubang setinggi 120 cm dn ditanam di kedalaman 30-40 cm. Loseda sangat populer di Kota Bandung.

6. Eco-Enzyme

Hasil dri permentasi limbah dapur organik, seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula merah, gula coklat atau gula tebu), dan air. Hasil akhir dari Eco Enzyme adlh cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar yang bisa digunakan sebagai permbersihan rumah, pupuk, insektisida dan lain-lain.

7. Keranjang Takakura

Pertama kali dikenalkan oleh Toji Takakura di Surabaya. Komposter ini menggunakan keranjang cucian bekas yang berlubang dan dilapisi kardus bekas.

Baca Juga: Banjir Bandang di KBB Terjang 5 Kampung, 2 Pabrik dan Sekolah Ikut Terendam

Nah, itulah tujuh metode komposter yang bisa dipilih sesuai situasi dan kondisi di rumah masing-masing. ***

Editor: Rakhmat Margajaya

Sumber: bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah