Miris, Setiap 2 Pekan 1 Bahasa Daerah di Indonesia Hilang

31 Mei 2024, 14:30 WIB
Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2024, salah satu upaya melestarikan bahasa daerah /indonesia.go.id/

HaiBandung - Indonesia menjadi negara dengan kebinekaan bahasa terbesar kedua di dunia, dengan 718 bahasa, setelah Papua Nugini (839 bahasa).

Indonesia pun menyumbang sekitar sepuluh persen dari total bahasa di dunia. Sementara itu, data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada 2019 menunjukkan, kekayaan bahasa di Indonesia didukung oleh adanya 778 dialek dan 43 subdialek.

Namun kebanggaan di bidang kebahasaan tersebut, nyatanya juga tengah dirundung awan gelap menyusul ditemukannya tren kepunahan bahasa daerah.

Setiap dua pekan hilang satu bahasa daerah dan dalam 30 tahun ada bahasa ibu yang mati.

Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek E Aminudin Aziz pernah menyebutkan, pada 2018, sebanyak sebanyak 11 bahasa daerah didapati telah menghilang.

“Pada 2021, kami melakukan kajian daya hidup bahasa daerah, ternyata memprihatinkan,” ujar Aminuddin di Jakarta.

Dia menambahkan tidak ada satu pun bahasa daerah yang daya hidupnya naik, dan hal itu juga telah menjadi fenomena global.

Baca Juga: Kemenkumham Buka Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Langsung PNS, Simak Jadwal, Formasi dan Persyaratannya

Setiap dua pekan hilang satu bahasa daerah dan dalam 30 tahun ada bahasa ibu yang mati.

Revitalisasi bahasa daerah (RBD)

Berbagai upaya dilakukan pemerintah melalui Kemdikbudristek untuk melakukan revitalisasi bahasa daerah (RBD).

Salah satunya, Badan Bahasa Kemendikbudristek menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN). Di 2024 ini FTBIN diselenggarakan mulai 1--5 Mei 2024, dengan mengusung tema “Melestarikan Bahasa Daerah, Menjaga Kebinekaan Indonesia”.

FTBIN diikuti 520 peserta dan 38 pendamping yang berasal dari 25 provinsi, dengan kegiatan rakor yang diikuti 353 peserta meliputi gubernur, bupati, dan wali kota pada 2--3 Mei 2024.

Baca Juga: Kemenag Kembali Gelar PPG PAI pada Juni 2024

Kebijakan RBD di Indonesia juga telah mengalami beberapa fase, dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap bahasa.

Pada 2021, Kemendikbudristek melalui Badan Bahasa menerapkan arah baru dalam implementasi RBD di Indonesia. Arah baru program RBD tersebut mencakup sinergi dan kemitraan, pengembangan kurikulum, bimtek guru master, pelibatan berbagai pihak dan ranah penggunaan, serta prestise bahasa daerah dalam media dan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Pada 2022, tercatat ada 39 bahasa daerah yang direvitalisasi dan itu tersebar di 13 provinsi yang menjadi sasaran pelaksanaan program RBD. Dan pada 2023, pemerintah menambah jumlah provinsi sasaran RBD menjadi 19 provinsi.

Baca Juga: Kemenag Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo - Gibran, Direktur KSKK Madrasah Jelaskan Alasannya

Pada 2024 ini, pemerintah menargetkan revitalisasi atas 96 bahasa daerah. Di antaranya, Bahasa Kayuagung di Sumatra Selatan, Bahasa Ribun di Kalimantan Barat, Bahasa Jawa dialek Using di Banyuwangi, Jawa Timur, Bahasan Kenyah di Kalimantan Timur, Bahasa Mbojo di Nusa Tengara Barat, Bahasa Tolaki di Sulawesi Tenggara, Bahasa Yamdena di Maluku, Bahasa Kabola di NTT, Bahasa Biyekwok di Papua, dan Bahasa Komoro di Papua Tengah.

Untuk mendukung langkah RBD itu, pemerintah melakukan sejumlah hal. Antara lain, menyusun model pembelajaran bahasa daerah sesuai kondisi dan karakteristik bahasa. Lalu, melatih guru untuk mengajarkan bahasa daerah kepada siswa. Dan juga menyelenggarakan festival bertema bahasa untuk mengangkat pamor bahasa daerah.

Selain itu juga memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi dalam bidang bahasa daerah. Kemudian, melakukan pula sosialisasi dengan melibatkan pemangku kebijakan untuk mendukung revitalisasi bahasa daerah.***

Editor: Lana Filana

Sumber: indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler