Para peneliti mengakui, hingga saat ini belum ada bukti yang jelas antara mikroplastik dan penyakit serius. Namun, mereka semakin mengkhawatirkan efek jangka panjangnya.
Pasalnya, kata mereka, bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik, beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan penyakit serius.
Mereka mengatakan, mikroplastik telah masuk ke dalam rantai makanan dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan. Hal ini terbukti oleh mikroplastik dalam feses manusia.
Studi yang memeriksa mikroplastik dalam air kemasan telah melaporkan sebagian besar ukuran partikel kurang dari satu milimeter yang dilepaskan dari badan botol, leher botol, dan tutupnya.
Warna partikel yang berasal dari bahan botol itu transparan, sedangkan dari tutupnya berwarna biru atau hijau. Polimer plastik yang terdeteksi paling tinggi adalah polyethylene terephthalate (PET) yang digunakan untuk pembuatan bahan botol dan tutup.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Libra Hari Ini, Kamis 16 Februari 2023: Anda Lebih Berempati pada Pasangan
Studi juga memberikan bukti mikroplastik dalam air kemasan disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan fisik selama pengangkutan, guncangan botol, dan injeksi air bertekanan tinggi ke dalam botol di pabrik produksi.
Selain itu, dampak termal selama penyimpanan juga dinilai memperburuk proses fragmentasi. Botol air PET yang dapat digunakan kembali memiliki partikel mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan botol PET sekali pakai.
Sering membuka dan menutup botol juga menyebabkan lebih banyak partikel yang terbentuk akibat gesekan. Pertanyaan kritisnya masih belum terjawab: sejauh mana partikel mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan mengancam kesehatan manusia?