"Suhu udara dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni pada malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal," kata Rahayu, Rabu 19 Juli 2023.
Rahayu mengatakan, pada malam hari bumi melepaskan energi. Namun, tidak ada awan, sehingga pada malam hari hingga dini hari radiasi yang disimpan di permukaan bumi secara maksimal dilepas.
Baca Juga: Dispora Kota Bandung Gelar Pelatihan Dasar Fotografi Cempor
Akibat kondisi tersebut permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal.
"Ini yang menyebabkan suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hari hingga dini hari," kata Rahayu.
Kondisi ini diperparah karena adanya musim dingin di wilayah Australia. Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia.
Baca Juga: Mata Air Cikendi Diresmikan, Kota Bandung Punya Ruang Publik Baru
Menurut Rahayu, pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia menyebabkan kemarau di Indonesia. Angin tersebut membawa suhu dingin di Australia ke Indonesia.
"Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2023. Namun, awal September akan berangsur menghangat kembali," ujarnya.***
Editor: Dudih Yudiswara